”Ayo bareng-bareng sekarang satu dua tiga..,” begitu Ibu guru kasih aba-aba. ”Bismillaahirahmaanirrahiim. Idzaa jaa-a nasru allaahi waalfath. Wara-ayta annaasa yadkhuluuna fii diini allaahi afwaajaa,” sahut murid-murid. Sembilan murid kelas satu SD Ananda di Bekasi Timur ini sedang menghafal surat An Nasr dari Al’Quran di mushola.

Guru Muslim Mengajar di Sekolah Budhis
Yup… sekolah ini memang asyik. Meski hanya satu siswa yang memeluk agama tertentu, pelajaran agama yang dianut murid itu tetap diadakan. I Made S Putra, guru agama Hindu bilang semua siswa mendapat fasilitas dan hak yang sama. Gak ada deh yang gak bisa belajar sesuai agamanya. ”Sebagai sekolah yang plural, semua agama ada di sini kecuali Khonghucu, karena baru, jadi belum ada. Dan hak bagi semua murid dari semua agama berhak mendapat pelajaran agama di sini. Meskipun hanya satu seperti tadi, murid saya kelas satu. Tahun lalu, ada kelas enam juga hanya satu, tetap saya mengajar, meski hanya satu sekalipun,” jelas Pak Guru I Made S Putra. Jadi jangan heran, kalau beragam kegiatan keagamaan terlihat disekolah ini. Sahut-sahutan suara mengaji, suara musik doa Budha, doa Hindu hingga natal biasa terdengar di sini.
Sekolah Ananda dikelola Yayasan Budha Pancaran Tridharma. Ketua Bidang Pendidikan Yayasan, Ibu Eriyani bilang sekolah ini dibuat untuk menumbuhkan sikap toleransi dan saling menghargai perbedaan. Karenanya sekolah ini punya kebijakan menggabungkan siswa dari beragam agama dan etnis pada setiap kelas supaya ada pembauran satu sama lain. ”Kalau untuk pembagian kelas diatur oleh kepala sekolahnya. Tidak bisa semuanya Budha, tidak. Semua dicampur, ada Budha, Islam, Kristen. Kalau Hindu kalau sedikit tidak semua kelas ada, tapi berusaha dibagi. Intinya supaya menyatu. Begitu juga dengan perempuan dan laki-lakinya dicampur kompoisinya. Supaya mereka tidak membeda-bedakan suku agama dan lain sebagainya,” jelas Ibu Eriyani.

Semua berpartisipasi sebagai panitia imlek
Jadi kalo pas Sobat Teen berkunjung ke sekolah ini, gak bakal nemuin deh, yang namanya perbedaan antara mayoritas dan minoritas. Semua saling menghargai. Begitu kata temen-temen kita Okta, Ni Made, Vina dan Gada.
”Semua bareng, bareng di sini ada Mushola buat saya Sholat. Semua pada menghormati,” kata Okta yang bangga menceritakan sekolahnya. Lalu Gadha menambahkan, ”di sini kita kan berorganisasi dengan semua agama, jadi kita harus menghargai semua agama.” Penghargaan itu misalnya ditunjukkan sekolah yang di dirikan Yayasan Budha ini dengan menyediakan ruangan buat tiap agama, bukan cuma buat yang beragama Budha. ”semua di kasih ruangan bukan hanya untuk Budhis, ada ruangan untuk pendalaman agama Kristen dan yang Muslim diberi waktu buat sholat Jum’at. Semua Agama sama rata,” jelas Vina. Makanya, semua murid, meski minoritas enggak ada yang merasa dibedakan di sekolah ini. ”Agama saya Hindu pelajarannya hari Jum’at, jadi ya saya tidak merasa dibedakan,” verita Ni Made. Yayyy seru banget.

Lomba perayaan imlek yang diikuti semua siswa
Waa… Kalau saja semua sekolah kayak begini, pasti gak ada deh tuh ribut-ribut yang mengatasnamakan agama. Ya ngga Sobat Teen. Belajar toleransi dan menghargai perbedaan itu justru indah bukan?