Minggu, 02 Desember 2012

Pentingnya Niat Dalam Belajar

Di antara ibadah yang paling penting yang mudah mendekatkan seorang hamba pada Allah adalah tholabul ‘ilmi atau belajar ilmu agama. Sedangkan perkara yang amat penting yang perlu diperhatikan dan selalu dikoreksi adalah niat dalam belajar. Tidak ada kebaikan yang diperoleh jika seseorang ketika belajar malah ingin mencari ridho selain Allah. Oleh karena itu, para ulama sangat memperhatikan niatnya dalam belajar apakah sudah benar ataukah tidak karena jika tidak ikhlas, maka dapat mencacati ibadah yang mulia ini.
Sufyan bin ‘Uyainah pernah berkata,
طلبنا هذا العلم لغير الله فأبى الله أن يكون لغيره
“Kami menuntut ilmu awalnya berniat mencari ridho selain Allah. Kemudian Allah tidak ingin jika niatan tersebut kepada selain-Nya.”
Ulama salaf lainnya berkata,
طلبنا العلم وما لنا فيه كبير نية ، ثم رزقنا الله النية بعد .أي فكان عاقبته أن صار لله.
“Kami awalnya dalam menuntut ilmu tidak punya niatan yang kuat. Kemudian Allah menganuriakan kami niat yang benar setelah itu”. Maksudnya, akhirnya niatan kami ikhlas karena Allah.
Bagaimanakah niat yang benar dalam menuntut ilmu?
Syaikh ‘Abdus Salam Asy Syuwai’ir mengatakan bahwa ada tiga perkara yang mesti dipenuhi agar seseorang disebut memiliki niatan yang benar dalam menuntut ilmu.
Pertama: Menuntut ilmu diniatkan untuk beribadah kepada Allah dengan benar.
Kedua: Berniat dalam menuntut ilmu untuk mengajarkan orang lain. Sehingga para ulama seringkali mengatakan bahwa hendaklah para pria menguasai perkara haid agar bisa nantinya mengajarkan istri, anak dan saudara perempuannya.
Imam Ahmad ditanya mengenai apa niat yang benar dalam belajar agama. Beliau menjawab, “Niat yang benar dalam belajar adalah apabila belajar tersebut diniatkan untuk dapat beribadah pada Allah dengan benar dan untuk mengajari yang lainnya.”
Dari sini menunjukkan bahwa niat belajar yang keliru adalah  jika ingin menjatuhkan atau mengalahkan orang lain atau ingin mencari kedudukan mulia di dunia. Anas bin Malik berkata,
مَنْ طَلَبَ الْعِلْمَ يُبَاهِي بِهِ الْعُلَمَاءَ ، أَوْ يُمَارِي بِهِ السُّفَهَاءَ ، أَوْ يَصْرِفُ أَعْيُنَ النَّاسِ إِلَيْهِ ، تَبَوَّأَ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ
Barangsiapa menuntut ilmu hanya ingin digelari ulama, untuk berdebat dengan orang bodoh, supaya dipandang manusia, maka silakan ia mengambil tempat duduknya di neraka.” (HR. Hakim dalam Mustadroknya)
Ketiga: Istiqomah atau terus menerus dalam amal dan menuntut ilmu butuh waktu yang lama (bukan hanya sebentar).
Dalam belajar itu butuh kesungguhan. Muhammad bin Syihab Az Zuhri berkata,
العلم إذا أعطيته كلك أعطاك بعضه
Yang namanya ilmu, jika engkau memberikan usahamu seluruhnya, ia akan memberikan padamu sebagian.
Dalam hadits riwayat Muslim, Abu Katsir berkata,
لاَ يُسْتَطَاعُ الْعِلْمُ بِرَاحَةِ الْجِسْمِ
“Ilmu tidak diperoleh dengan badan yang bersantai-santai.” (HR. Muslim no. 612).
Abu Hilal Al Asykari (seorang penyair) awalnya sulit menghafalkan bait sya’ir. Kemudian ia memaksakan dirinya dan berusaha keras, awalnya ia bisa menghafalkan 10 bait. Karena ia terus berusaha, ia akhirnya bisa menghafalkan 200 bait dalam sehari.
[Faedah dari Kajian Syaikh ‘Abdus Salam Asy Syuwai’ir di Masjid Jaami’ Ibnu Taimiyah, 7 Sya’ban 1433 H]
(*)Syaikh Dr. ‘Abdus Salam bin Muhammad Asy Syuwai’ir adalah lulusan doktoral terbaik dari Ma’had Al ‘Ali lil Qodho’ (sekolah tinggi untuk para hakim) yang merupakan cabang Jami’atul Imam Muhammad bin Su’ud Riyadh KSA. Beliau adalah Ustadz (gelar pendidikan, yang dimaksud adalah professor) di Ma’had Al ‘Aali lil Qodho’ saat ini. Beliau adalah di antara murid Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz rahimahullah. Beliau adalah ulama yang fakih dan tidak diragukan lagi kecerdasan beliau dalam ilmu dan terlihat begitu tawadhu’.
Ya Allah, berilah kami ilmu yang bermanfaat dan niatan yang ikhlas dalam belajar serta beramal.

Pentingnya Belajar Dengan Baik Array Cetak Array  Surel
Ditulis oleh The Epoch Times   
Senin, 06 Oktober 2008 21:43
Ada seorang guru swasta, dia menempuh perjalanan seorang diri di tengah malam, tiba-tiba menjumpai teman yang telah meninggal. Karena biasanya dia bernyali besar, maka diapun tidak takut.
Dengan kemauan sendiri dia bertanya kepada temannya yang sudah meninggal ini, "Anda sekarang ini hendak kemana ?" Teman-nya menjawab, "Saya sekarang menjadi petugas di alam baka, sekarang hendak pergi menangani urusan di selatan desa, kebetulan kita berdua searah."
Guru swasta ini lalu berjalan bersama temannya, ketika melewati sebuah rumah lama, petugas alam baka itu berkata, "Di dalam rumah ini tinggal seorang terpelajar yang berbudi luhur dan berwibawa tinggi!"
Guru swasta itu lalu bertanya, "Bagaimana Anda bisa mengetahui bahwa di dalam rumah ini tinggal seorang terpelajar yang berbudi luhur dan berwibawa tinggi?"
Petugas alam baka itu menjawab, "Orang yang masih hidup, pada pagi hari karena sibuk dengan urusannya, maka inteligensinya tertutupi. Sampai pada malam hari ketika dia tidur, dan tidak berpikiran apa pun, maka Yuanshennya (jiwa primanya) akan nampak keluar."
"Jika dia biasa membaca buku yang baik, seperti Lun Yu dari Kong Zi, Li Sao dari Qu Yuan, Shi Ji dari Si Ma Qian dan lain-lain, maka setiap huruf yang memancarkan cahaya, akan memancar keluar dari ratusan titik akupunturnya, beraneka warna dan indah cemerlang."
"Yang paling tinggi bisa berebut kilau dengan bulan dan bintang. Yang agak kurang, cahayanya bisa mencapai beberapa puluhan meter, lebih rendah lagi, cahayanya hanya bisa mencapai beberapa meter. Menurut urutan, yang paling rendah, sinar cahayanya kecil bagaikan sinar dari kunang-kunang atau lampu kecil, hanya menerangi ruangan. Pemandangan seperti ini, tidak bisa terlihat oleh orang biasa, tetapi hantu dan dewa bisa melihatnya.
Guru swasta ini bertanya lagi kepada temannya, "Saya membaca buku sudah selama hampir lima puluh tahun, ketika saya tidur nyenyak pancaran sinar saya seberapa tinggi?" Petugas alam baka tersebut agak ragu untuk sejenak, lalu dia menjawab, "Saya kemarin lewat di depan rumah Anda. Anda sedang tidur siang. Anda membaca buku memang sangat banyak tetapi yang bermutu sangat sedikit."
"Kebanyakan buku-buku yang Anda baca adalah jenis-jenis buku yang sesuai zaman, yang hanya untuk mencari keuntungan pribadi serta buku-buku hobi yang melemahkan tekad untuk maju. Setiap huruf-hurufnya berubah menjadi asap hitam, menyelubungi rumah, seperti di dalam kabut awan yang tebal, sama sekali tidak terlihat sinar cahayanya."
Setelah mendengar kata-kata ini, guru swasta itu bukannya memeriksa diri dengan penuh kerendahan hati, sebaliknya dia dengan murka mencela temannya itu. Petugas alam baka itu tidak hendak bertengkar dengan dia, ia hanya tertawa dan menghilang.
Otak manusia sama seperti sebuah penampungan, bila ke dalamnya diisi dengan benda apa, maka ia akan menjadi benda itu. Karena itu harus selektif dalam membaca buku maupun menonton film. Usahakan banyak membaca buku-buku yang baik, dan jangan membaca buku-buku yang tidak baik serta yang tidak bermanfaat.
Juga jangan menonton film-film yang penuh kekerasan dan tidak mendidik. Untuk menjaga kemurnian jiwa dan pikiran, maka banyak membaca buku yang baik, dipercaya dapat melenyapkan karma, dan menambah substansi putih pada diri kita. Orang tersebut juga akan berubah menjadi orang yang berbudi luhur. Jika dipandang dari dimensi lain, maka orang tersebut akan memancarkan cahaya yang luar biasa.
Jika terlalu banyak membaca buku yang tidak baik, maka benda-benda tidak baik juga akan banyak terisi ke dalam otak, dan orang tersebut juga akan berubah menjadi orang jahat.
Orang yang mempunyai kemampuan (mata ketiganya terbuka), maka ia dapat melihat pancaran yang dikeluarkan oleh orang tersebut adalah hawa hitam pekat yang jahat. Tentu tidak ada ruginya bila kita waspada. (The Epoch Times/lin)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar